Swan River Punya Cerita

Mungkin saya memutuskan untuk pindah ke Perth karena cinta. Kecintaan saya pada keindahan ibukota Western Australia. Atau mungkin juga karena sudah tidak cinta lagi dengan Jakarta. Entahlah. Meski awalnya saya enggan pindah, akhirnya jadi karena toh sudah punya visa untuk bermukim selama setahun di negeri kangguru sana.

Tepat di hari ulang tahun papa yang ke-57, saya terbang ke Perth untuk kedua kalinya. Kali ini saya tidak sendiri, melainkan bersama Rory Diefflen.

Dari mana lagi saya kenal Rory kalau bukan dari aplikasi online dating. Kenalannya sebelum saya ke sana pertama kali. Karena nyambung, kami pun sepakat untuk kopi darat di rumah seorang teman di Karrinyup, tempat saya menginap. Setelah itu, hampir setiap hari kami bertemu. Komunikasi yang tetap terjaga akhirnya mengantarkan Rory gantian mengunjungi (saya dan) Indonesia kendati takut naik pesawat.

Rory is not your typical guy. He does not have a degree, let alone a job in BigLaw like I did before. He does not care about such things. At the same time, he would not stop seeing a “successful” woman just to save his sorry ass from feeling inadequate, neither would he feel emasculated by or inferior around her. And when you talk to him, you would know that he is very far away from being dumb. Damn! He actually is smarter and wiser than I am. 

Saya baru memutuskan untuk menjadi vegetarian waktu kami baru berkenalan. Dia sudah bertahun-tahun vegan, tidak merokok dan tidak minum alkohol pula. Aduh! Saya langsung terpesona. 

Di awal kepindahan saya ke Perth, saya tinggal di rumah Rory. Kesibukan saya waktu itu cuma makan, tidur dan jalan-jalan sore di sekitar Canning River Regional Park. 

Sebelum pergi bekerja atau latihan bela diri, Rory selalu menyempatkan untuk memasak makanan sederhana untuk berdua. Japchae buatan Rory adalah favorit saya. “I feel like my whole life now is only to work, train and prepare food for you!” candanya pada saya yang selalu lapar dan kadang merengek minta dibuatkan makanan ketika melihat wajahnya. Siapa suruh dia jago urusan dapur? He kept cooking delicious food for me until one day, he figured out that I am actually an excellent cook myself. Terutama ketika dia tahu betapa nikmatnya klepon dan wingko babat yang saya buat.

Kemampuannya dalam membaca suasana juga patut diacungi jempol. “What’s wrong?” Padahal saya bukan siapa-siapanya, tapi Rory bisa langsung tahu jika ada hal yang mengganggu perasaan saya. Meski saya tak bilang dan raut muka saya juga biasa saja. Jika saya jawab, “Ah, nothing!” pasti disambut, “Nah, don’t say that! I know there is something. Tell me.” Sekali waktu pernah juga dia pura-pura marah, karena saya bersikeras, tidak mau angkat suara. Dia tahu – saya tidak bisa kalau dia marah.

Tanpa Rory, mungkin Perth tidak akan sama bagi saya. Dia tidak pernah menganggap saya lemah, namun selalu memastikan bahwa saya merasa aman. Rory adalah rumah selama saya berada di Perth. Tempat saya pulang ketika lelah. Tempat saya mengadu jika merasa dalam bahaya. Tempat saya bisa bercerita tentang apa saja dan merasa diterima, tanpa syarat.

Mungkin saya memutuskan untuk pindah ke Perth karena cinta. Kecintaan saya pada kebebasan. Sedikit banyak Rory pun mengambil peran. 

Rory Diefflen tidak pernah menjadi pacar saya, meskipun kami dulunya sama-sama mengakui ketertarikan dan rasa sayang pada satu sama lain. Keinginan kami yang berbeda dalam hidup membuat kami tidak mungkin bersama sebagai pasangan, namun hal yang sama pulalah yang memelihara persahabatan kami tetap kaya dan menyenangkan.

8 thoughts on “Swan River Punya Cerita

  1. Hi mba Hanna, salam kenal 😁
    Maaf baru berkunjung balik, mba ~

    By the way, saya suka deh cara mba membagikan cerita. Mengalir begitu saja saat dibaca tau-tau sudah kelar 🤣 dan senang rasanya membaca pengalaman mba di bagian lain sisi dunia 😍 sambil senyum-senyum sendiri memperhatikan kisah Rory yang menjadikan Perth memiliki tempat di hati mba 🤭 sweet.

    Semoga baik mba dan Rory selalu dalam keadaan sehat meski sudah nggak ditempat yang sama, yah 😄💕

    Like

    1. Hallo Mba Eno 😊 terima kasih ya sudah berkunjung.

      Memang sengaja untuk tulisan kali ini, aku nggak mau panjang-panjang. Takut yang baca muntah 😂 senang bisa berbagi cerita yang membuat Mba Eno senyum-senyum sendiri.

      Semoga Mba Eno dan kesayangan sehat selalu juga, ya. Rory dan saya sehat-sehat juga dan kalau bukan karena Rona harusnya bertemu dan memasak bersama minggu ini di Hamburg. ☺️

      Like

  2. Salam kenal Mba Hanna

    Saya baru mulai mengikuti dan membaca cerita-cerita Mba Hanna. Sangat inspiratif dan memperkaya saya sebagai pembaca…
    Memang, saya belum seluruhnya membaca ceritanya Mba, tapi saya sedang membaca cerita-cerita Mba. Dengan pnuh hangat, saya menunggu kisah-kisah baru lainnya…

    Like

    1. Hallo hallo, salam kenal juga 🙂 saya bingung mau panggil apa hehe. Senang sekali rasanya kalau tulisan saya bisa menghibur apalagi kalau bisa menginspirasi. Ah ya, nanti saya juga akan gantian mengunjungi blog bajawapeople 😀

      Liked by 1 person

      1. Hehehehe…. Panggil apa itu tak penting Mba… Tapi, terima kasih sudah mau akan mengunjungi blog saya. Kebetulan masih pemula. Bisa dimintai kritik-saran begitu…

        Like

      2. Jadi saya panggilnya Bajawa People ya 😀 😀 saya juga orang lama tapi baru aktif lagi untuk menulis di luar kantor hehe sama-samalah kita saling membangun

        Liked by 1 person

      3. Tak apalah dipanggil demikian Mba… Kalau saya hendak menghubungi Mba, kira-kira lewat media sosial mana ya…

        Like

Leave a reply to hanna Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.