Sabtu di Córdoba, Kota Penuh Sejarah di Andalusia

Tomorrow we have to wake up early. Maybe 05.50? Are 10 minutes enough for you to get ready?” tanya Marty di malam pertama saya di Madrid sambil bersantai di hammock yang tergantung di antara dinding-dinding di teras rumahnya. Saya pun langsung mengiyakan.

Kereta kami dari Madrid ke Cordoba mungkin salah satu yang paling awal keesokan harinya – jam 7 pagi hari. Kalau naik transportasi umum dari rumah Marty ke stasiun kereta utama di Madrid waktu yang habis bisa 30 menitan. Untung ada Uber, jadi kami tidak perlu takut terlambat.

Mungkin karena sudah masuk liburan sekolah, stasiunnya sudah ramai sekali meskipun hari masih sangat pagi. Keretanya pun penuh! 

Sepanjang perjalanan pemandangannya sedikit mengingatkan saya tentang Australia bagian barat, terutama karena vegetasinya yang bisa dibilang kering dan ukuran tumbuhan yang kebanyakan tidak terlalu tinggi. Bedanya di Spanyol banyak pohon zaitun yang seingat saya tidak bisa ditemukan di down under.

Jadi kenapa sih kami harus terburu-buru pergi ke Cordoba? Padahal di musim panas kan harinya panjang, jadi sampai malam pun masih terang. Harusnya bisa santai.

Karena kami ingin mengunjungi Mezquita sebelum dipenuhi para wisatawan lainnya.

Lah, memangnya kenapa?

Mezquita membuat saya penasaran karena sejarahnya. Dan memang karena sudah mendengar keindahan bangunan ini dari beberapa orang, jadi saya memang ingin menikmatinya dengan tenang, makanya kami maunya tiba di sana sebelum jam buka Mezquita ini. Yah, meskipun tak lama setelah kami tiba, banyak sekali turis yang akhirnya berdatangan. Seolah-olah semua pengunjung memiliki jalan pikiran yang sama.

Sejarah singkatnya Mezquita itu sendiri begini… Dulunya bangunan ini merupakan sebuah masjid yang sangat megah dan indah yang dibangun tahun 784. Kemudian di tahun 1236, bagian tengah Mezquita diubah menjadi katedral – sama dengan status keseluruhan bangunannya sampai sekarang. Tapi oh tapi, sebelum masjid Mezquita dibangun ternyata di tanah yang sama sudah lebih dahulu berdiri gereja umat Kristen di bawah Kekaisaran Romawi. Menarik kan?

Dari stasiun kereta menuju Mezquita, kami sempatkan melewati Calleja de las Flores. Saking cantiknya, saya jadi lebih banyak menikmati bunga-bunga yang ada di dinding-dinding rumah dibandingkan mengambil foto.

Marty, di jalan menuju Mezquita.
Calle Romero.

Di dalam Mezquita pengunjung bisa melihat pengaruh dan ciri khas kedua agama. Atap, dinding, pilar – semuanya sangat artistik!

Di bagian luarnya terdapat Patio De Los Naranjos, beberapa pohon palem dan pohon jeruk serta kolam-kolam mata air yang menyempurnakan keindahan situs ini.

Oh ya, bicara soal mata air, Cordoba ini penuh dengan mata air atau fountain di setiap sudut kotanya. Mungkin karena kota ini memang bertemperatur sangat tinggi terutama di musim panas. Suhu rata-ratanya tertinggi di Spanyol dan di Eropa! Panasnya pun menyengat. Jadi mata-mata air dan gemericik di dalamnya sedikit menyejukkan di siang hari yang terik.

Selain mata air, suka ada patio di rumah-rumah. Kebanyakan patio adalah private property, jadi tertutup untuk pengunjung. Namun ada saja yang bisa dikunjungi dengan membayar sedikit donasi dan ada juga yang berada di dalam objek wisata seperti Patio De Los Naranjos ini. 

Salah satu kolam di Patio De Los Naranjos.

Patio biasanya terletak di bagian tengah atau depan rumah, dengan atau tanpa atap yang terbuka dan dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman dan bunga-bunga, dan kadang buah-buahan. Hal ini membuat patios menjadi adem dan nyaman untuk dikunjungi setelah berada di bawah panas matahari yang menyengat.

Tidak hanya patio dan mata air, pemandangan lain yang khas di kota ini adalah pohon jeruk dengan buah-buah yang besar-besar di jalanan. Jadi, jangan heran pula kalau bau buah citrus bisa tercium di mana-mana! Saya pikir, kok sayang sekali, buahnya sampai berjatuhan begitu tapi tidak ada yang mengambil. Kata Marty, buah-buah jeruk tersebut sangat asam sekali. Pantas saja orang tidak tertarik.

Satu dari banyak pohon jeruk di Jardines de la Victoria.

Selesai mengunjungi Mezquita di masjid katedral, kami bergegas untuk mencari tempat sarapan. Pagi-pagi saya sudah makan churros, teman-teman! Di land of rivers ini, churros memang merupakan salah satu makanan tradisional. Penampakannya juga bisa dikatakan sedikit berbeda dari yang saya biasanya makan di Christmas markets. Topping yang ada cuma serbuk gula, dan tidak ada topping semacam coklat cair. Kalau mau, kita bisa pesan minuman coklat panas dan kemudian nanti coklatnya disedot menggunakan churros, atau churros-nya dicelup ke coklat lalu disantap. Marty sendiri makan roti panggang pakai tomat yang dicincang (Pan con Tomate), yang katanya khas Spanyol juga.

Churros dan gula untuk saya, toast dan tomat cincang untuk Marty.

Kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri Puente Romano de Córdoba (Roman Bridge of Cordoba) menyeberangi Sungai Guadalquivir sambil menikmati alunan musik yang dimainkan oleh pengamen jalanan, yang membawa kami ke Torre de la Calahorra.

Puente Romano de Córdoba, Sungai Guadalquivir serta Mezquita di kejauhan. Diambil dari pelataran Torre de la Calahorra.

Tak lama setelah kami tiba di pelataran Torre de la Calahorra, tiba-tiba terdengar ada yang ribut-ribut dari arah Plaza de Santa Teresa. Karena penasaran, kami pun berlari-lari sampai melihat rupanya ada segerombolan domba yang sedang lewat. Sayangnya kami tidak tahu apa alasannya.

Domba-domba baru pulang sekolah 🙂

Jam menunjukkan pukul 12 siang dan matahari sudah sangat tinggi. Marty dan saya awalnya ingin mengunjungi Alcázar de los Reyes Cristianos (Alcazar of the Christian Monarchs). Antriannya mengular dan apa daya, perut sudah meronta-ronta minta diisi.

Kami putuskan makan siang dulu di Taberna Salinas, yang rupanya ada di Michelin guides. Tidak sampai three star sih, bahkan mungkin tidak ada bintangnya juga. Tapi makanannya jangan ditanya. Sudah nikmat, murah pula! Kebetulan telepon genggam Marty dan saya sedang dicas waktu sedang makan siang jadi kita tidak foto-foto makanan sama sekali.

Ketika kami kembali ke Alcázar de los Reyes Cristianos, ternyata tempat wisata tersebut sudah tutup. Kami berkunjung hari Sabtu yang merupakan hari pertama musim panas di mana tempat ini tutup lima jam lebih awal dari biasanya. Baru buka kembali hari Selasa minggu depannya. Apes!

Pohon palem di luar Alcázar de los Reyes Cristianos.

Karena temperatur yang luar biasa panas di Cordoba, terutama tentunya di musim panas, tempat-tempat wisata, restoran dan bahkan patio pun tutup lebih awal. Suhu yang tinggi ini jugalah yang merupakan salah satu alasan orang Spanyol menjalankan siesta, agar penduduknya bisa istirahat di dalam rumah dari panasnya udara di luar ruangan. Jadi kalau ada yang mau berkunjung ke tempat-tempat wisata di Spanyol pada musim panas, pertimbangkan siesta juga ya ketika menyusun jadwal jalan-jalan.

Marty dan saya menghabiskan waktu berteduh di bawah pohon rindang dan duduk di atas rumput sampai kira-kira jam lima sore. Setelah itu kami hanya keliling-keliling secara random di mana pun kami bisa melihat bunga-bunga di dinding rumah orang, mengintip/masuk ke patio mana saja yang buka atau berkunjung ke sinagoga, sambil menunggu kereta yang akan membawa kami kembali ke Madrid.

12 thoughts on “Sabtu di Córdoba, Kota Penuh Sejarah di Andalusia

    1. Ya ampun mimpi apa aku semalam, blog-ku dikunjungi oleh travel blogger handal asal Indonesia Raya? Hahahahah ❤ come visit me soon, sister! Semoga bisa ke Spanyol bersama yaaaaaa

      Like

  1. Ugh aku suka banget itu relung-relung pintu yang warna garis-garis merah putih. Semacam spot wajib instagrammable dari dulu 😀

    Like

      1. Hi Hanna, salam kenal juga! Maaf nih slonong boy langsung komen. Aku udah baca beberapa post di blogmu jadi perasaan udah kenal 😀

        Like

  2. Hai Hanna. Jadi itu Mezquita adalah gereja dan masjid dalam satu bangunan dan masih digunakan sebagai mana mestinya ya? Keren sekali.

    Cantik ya Cordoba, banyak taman-taman mungil buat duduk duduk ngadem, sekalian bobo siang—btw siesta itu boleh bobo siang di patio gak sih?

    Like

    1. Hai Justin & Nindyo, salam kenal ya 🙂 sayangnya umat Muslim tidak diperbolehkan lagi untuk beribadah di Mezquita karena sekarang Mezquita adalah katedral tempat ibadahnya umat Katolik 😦 pertikaian soal tempat suci seperti ini tentu tidak terbatas di Cordoba saja. Di Istanbul dan Jerusalem pun kita bisa melihat hal yang sama.

      Iya betul Sekali, Cordoba indah sekali. Siesta tentu boleh di patio kalau pationya milik kita sendiri hehehehe.

      Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.